Ide untuk touring jauh the Odong-odong SBOC sudah lama terlintas, dan rencana awal adalah touring menuju km 0 di pulau Sabang, Aceh. Entah bagaimana ceritanya malah judulnya berganti menjadi Road to Padang sejak beberapa bulan terakhir ini, mungkin sekalian untuk menghadiri Sumatera Bike Week di Pekan Baru. Dari beberapa omong-omong internal akhirnya diputuskan Road to Padang dilaksanakan tanggal 4 – 9 September 2014. Awalnya sih ada banyak peminat yang mau ikut touring tapi seiring perkembangan sampai beberapa hari terakhir tinggal 4 orang tersisa. Satu hari menjelang keberangkatan satu oarng mengundurkan diri, dan terakhir 8 jam sebelum keberangkatan satu lagi mundur. Akhirnya hanya tersisa dua unit yang berangkat : si DK dan si Puteh. Walaupun hanya dua tapi “the show must go on”, ya nggak ?
Day 1 – 4 September 2014 : Medan – Pekan Baru
Jam 04.30 si DK sudah standby dan sarapan di McD Ring Road sebagai titik start sambil menunggu kedatangan si Puteh. Benar-benar duet maut yang touring kali ini karena peserta berkuurang dari banyak sampai tinggall empat orang dimana yang dua pun akhirnya gagal berangkat dengan pemberitahuan satu hari d-day. Gak masalah yang penting touring.
Jam 05.00 langsung start menuju check point pertama di Kisaran. Dengan kondisi full tank maka tidak perlu singgah lagi di pom bensin, jalanan yang sepi tapi kondisi masih gelap memaksa extra hati-hati. Apalagi ternyata si RC sudah kabur penglihatannya dan mestinya harus menggunakan kacamata. Dingin yang sedikit menusuk tulang merupakan tanda kalau sebenarnya cuaca lagi mendung akan hujan. Karena masih sepi perjalanan tidak terasa telah melewati Lubuk Pakam saat menjelang Tebing Tinggi hujan turun menyambut walau belum deras. Keluar dari Tebing Tinggi menuju Kisaran baru hujan turun dengan derasnya, untung riding gear Taichi water proof jadi aman gak perlu pakai rain coat.
si DK dan si Puteh ready for the journey
Km si DK sebelum berangkat
Tiba di Kisaran hari sudah terang hujan pun sudah berhenti, si DK diarahkan menuju pom bensin buat refueling dilanjutkan dengan nyari warung buat sarapan untuk ganjal perut. Argus kemudian mendapat informasi jika grup yang lain menuju Pekan Baru baru start dari Medan.
Setelah cacing di perut kekenyangan dn tidur perkjalanan dilanjutkan menuju Rantau Prapat, jalanan belum seberapa ramai kondisi jalan yang mulus memaksa si DK harus full speed ngejar si Puteh. Di Rantau Prapat istirahat sebentar di Alfa Mart sekalian Argus memantau pergerakan grup dari Medan yang ternyata mereka sudah tiba di Tebing Tinggi.
Anywhere anytime
Check point berikut adalah Bagan Batu untuk istirahat makan siang. Lepas dadri Rantau Prapat Si Puteh masih di depan tapi terlihat fisik sudah mulai drop karena setiap habis satu tarikan gas pooll kemudian posisi riding dirubah menjadi posisi istirahat tangan kiri dilipat menyangga tubuh di atas tangki. Setelah melewati Kota Pinang si DK langsung beraksi di depan.
Sebelum Bagan Batu ada satu bukit (lupa nama daerahnya) dimana kiri kanan merupakan kebun kelapa sawit baru. Aspalnya..wow ! Jalannya mulus penuh tikungan, pokoknya mantaff deh. Dulu waktu dari Bali dengan si KT juga melewati bukit ini jadi langsung saja main hajar karena sudah paham kondisi jalannya. Pada saat lagi kenceng-kencengnya di depan ada motor dengan gerobak di samping dimana satu penumpang duduk di gerobak sambil ngobrol dengan ynag nyetir. Feeling sih nih orang akan belok kanan tapi gak ada tanda-tanda jadi si DK dipacu dengan maksud mendahului. Tanpa disangka motor gerobak ini langsung pindah jalur ke kanan sehingga memotng pas di depan si DK. Klakson si DK pun tidak bekerja jadi mereka tidak menyadari jika ada kendaraan di belakangnya. Refleks rem belakang dan rem depan dimainkan dimana hasilnya si DK langsung stoopie…roda belakang langsung naik tinggi. Argus yang ada di posisi belakang sudah pasrah pasti tabrakan. Untungnya TUHAN masih bersama orang berani, jadi rem depan dilepas perlahan langsung si DK turun ke posisi normal. Huuuffff….hampir saja. Dari situ kemudian si Puteh kambali menjadi RC untuk lebih amannya selama si DK tak berfungsi.
Setibanya di Bagan Batu langsung istirahat buat makan siang sekalian perbaiki klakson si DK. Sementara Argus kembali memantau pergerakan grup di belakang yang ternyata mereka lagi berhenti di Kisaran.
Sang Road Captain yang kecapekan bukan kecakepan
Istirahat sejam dirasa cukup di Bagan Batu karena Pekan Baru masih di kisaran 300an km lagi dan check point berikut adalh Duri. Sang RC abadi sudah terlihat kepayahan sehingga mau tak mau diputuskan buuat istirahat sebentar di pertigaan Bagan Siapi-Api. Jalanan sebelu pertigaan Dumai dan Duri tidak sempurna, bergelombang dan hasilnya si Puteh beberapa kali roda belakang tidak menyentuh aspal karena bumpy terus. Untung si RC abadi sudah mahir walau kecapekan., hihihihihi…. Tiba di Duri hari sudah sore jam 15.00, seperti acara wajib singgah di Alfa Mart buat istirahat dan minum dulu sambil mantau perkembangan grup di belakang yang katanya sudah sampai di Rantau Prapat.
Duri – Kandis – Minas ada beberapa titik perbaikan jalan sehingga menimbulkan kemacetan, untungnya tidak seberapa parah ditambah bisa meliuk-liuk jadi agak aman. Menurut cerita beberapa orang sehari sebelumnya kemacetan yang terjadi bahkan sampai 14 jam, ediiiaaannn…. Aspalnya sih ada yang baru ada yang aspal lama, beberap titik malah aspal tidak rata sehingga perlu ektra waspada. Selain itu karena teledor tidak mengisi bensin jadinya dari Kandis ke Minas bensin sudah dalam ondisi mengkuatirkan, jangan-jangan harus dorong nih. Untungnya ada pom bensin dan dengan sangat terpaksa mengisi minum premium 4 liter, haddeeehhh…. Istirahat bentar kemudian lanjut ke Pekan Baru yang berjarak kurang dari 30 km, gak jauh sih tapi karena hari sudah malam sehingga speed kurang maksimal.
Sebelum masuk kota Pekan Baru, tim penjemput sudah menunggu yaitu bro Hendrik dan Rudi yang dengan arahan mereka segera meluncur ke hotel Grand Elite buat istirahat Ternyata pas sampai hotel gak bisa langsung ke kamar karena ko Jumin sudah ngambil kunci dan hilang entah kemana. Ditelpon pun gak diangkat, terpaksa bengong aja dulu di lobby. setelah adu argumen dengan receptionis baru dah dikasih kunci cadangan. Jemblung…..!!
VIP Parking Grand Elite Hotel
Tim penyambutan
Bersama yang punya Pekan Baru nih
Acara malam ini hanya keluar makan di rumah makan pak AGus, seafood. Jangan heran jika rumah makan ini akan sering muncul dalam tulisan tentang touring kali ini ya. Balik ke hotel buat istirahat sekalian re-planning buat hari berikutnya.
Day 2 – 5 September 2014 : Pekan Baru – Padang
Jarak Pekan Baru – Padang sekitar 300an km sehingga planning awal akan start dari Pekan Baru jam 10.00 dan prediksi sampai Padang sekitar jam 15.00. Sayangnya rencana selalu berubah tergantung kondisi, pertama karena bangun yang siang plus malas-malasan yang bikin lelet. Dan yang kedua ada Sumatera Bike Week yang serba tanggung, mau lihat sebelum ke Padang atau setelah dari Padang. Ada untung ruginya yang harus dipertimbangkan akhirnya dari hotel diputuskan untuk singgah dulu di Sumatera Bike Week sekalian untuk beli merchandise buat koleksi dan titipin ko Aseng.
Ngoroknya yang gak tahan, “hrrgg…hrgg…hargg…”
Pas on the way ke lokasi semuanya berubah, ko Jumin langsung mengarahkan menuju jalan ke Bangkinang – Padang karena hari sudah terlanjur siang. Lalu lintas di Pekan Baru mirip-mirip di Medan lah, semrawut menuju luar kota, panasnya itu yang gak ketulungan. Setelah say goodbye buat ko Jumin, Argus yang tetap bertindak sebagai RC, karena sudah istirahat semalaman langsung beraksi. Jarak Bengkinang sekitar 54 km dilahap dalam 30 menit kurang, maklum jalan yang lurus dan lumayan sepi bisa diajak rolling high speed. Hanya yang gak tahan adalah cuaca panas yang bikin cepat ngedrop. Sehingga sebelum keluar Bengkinang harus istirahat untuk minum yang banyak. Di dalam kota sendiri kami bertemu dengan beberapa untui BMW GS1200 yang lagi istirahat menuju Pekan Baru dari Padang, juga beberapa Harley yang baru masuk kota.
Etape berikut adalah menuju check point Bukit Tinggi yang berjarak 170an km. Langsung gass pooll karena jalan yang sepi. Boleh dibilang speed average 120km/jam dengan top speed 150-160km/jam. Kondisi jalanan bervariasi, naik turun tikungan tajam maupun tikungan menanjak atau menurun, lengkap sudah. Kondisi aspal…? Excellent. Mereng-mereng ? Pastilah !!! kapan lagi bisa dapat kondisi jalan yang seperti ini? Puas banget…. Di jalan sempat berpapasan dengan banyak rombongan Harley menuju Pekan Baru. Bermacam-macam type Harley yang terlihat di jalanan, baik yang dikendarai maupun yang dinaikin di storing car.
Pas jam 14.00 berhenti sebentar buat ngisi perut yang mulai keroncongan di rumah makan Padang Sederhana. Terbayang kan nikmatnya pas lapar langsung pesan makanan Padang. Ternyata oh..ternyata… banyak menu yang sudah habis dihajar sama grup Harley, terpaksa makan seadanya gak pake nambah. Hadeeehhhh…. Dan parahnyanya lagi, juragan naspad Sederhana bingung karena rombongan HD tadi ternyata belum bayar makanannya, gubrrraaakkk !!!! Malah si DK malah ditanyai kenal sama Aher / Ahuat dari HD Medan, katanya pas ditagih ke grup HD buat bayar makan dijawab akan dibayar oleh orang tersebut. Wahhh…mana saya kenal.
Perut kenyang mata ngantuk adalah maslah besar kalau perjalanan masih jauh, jadi gak perlu berlama-lama karena takut ketiduran langsung tancep gass setelah ngisi pertamax juga. Jalanan masih mantaff jadi bisa hura-hura dengan speed sepuasnya. Di jalan masih aja ketemu dengan beberapa rombongan besar Harley dengan satu dua unit tercecer di belakang rombongan besar, hihihihihihihihi…..
Selera makan hilang gara-gara kehabisan makanan, aarrgggghh……
Ketemu rombongan BMW GS 1200 dari Bandung
Akhinya sampai juga ke tikungan yang paling terkenal di jalanan Sumatera : Kelok 9. Sebelum melihat nih Kelok 9, gambaran orang pasti ah, kelok biasa seperti tikungan jalanan pada umumnya. Tapi setelah melihat sendiri hanya satu kata….WOOOWWW !! Silahkan di-googling kalo nggak percaya. Tanpa buang waktu langsung parkir dan ambil posisi. Tikungannya kalo dengan high speed terasa seperti sembalap sirkuit…keren abiss. Kalo nggak percaya juga, liat fto-foto di bawah ini. Puas foto-foto perjalanan langsung dilanjutkan karena kuatir hari gelap sebelum sampai ke Padang.
Memang boleh dibilang jalanan sejak Bengkinang sampai Bukit Tinggi adalah yang terbaik selama ini sejak touring dengan si KT dan si DK, bisa dikasih point 8.5., plus variasinya yang menantang. Ada beberap titik kecil yang masih diperbaiki karena longsor tai itupun tak sampai 50 meter.
Lepas dari Kelok 9 langsung gass lagi melewati Payakumbuh dan segera memasuki kota Bukit Tinggi “the High Hill”. Argus tetap di depan sebagai RC karena dia sudah beberapa kali ke Bukit Tinggi tapi sayangnya dia agak ragu arah ke icon Bukit Tinggi “jam Gadang”, jadinya harus berhenti beberapa untuk memastikan arah. Akhirnya sampai juga di jam Gadang-bukit Tinggi …my dream comes true.
Ke Padang masih jauh lagi jadi bisa foto-foto sambil istirahat tidak terlalu lama langsung berlanjut tetap dengan high speed, Padang Panjang dan Padang Pariaman terlewat tanpa terasa di hari menjelang sore. Setelah Bukit Tinggi ada air terjun kecil pas di samping jalan yang dikenal dengan nama air terjun Lembah Anai, keren juga karena posisinya yang strategis. Jadi mau tak mau mesti berhenti sangat sebentar untuk mengabadikannya sebagai barang bukti.
Tak lama kemudian batas kota Padang pun terlihat ditandai dengan fly over Bandara Internationa Minangkabau (BIM). Di sini berhenti untuk menunggu bro Octa yang sudah janjian mau jemput dan mengantar ke hotel Mercure. Menunggu agak lama dikit tapi cukup puas buat istirahat. Fly over ini ternyata digunakanbanyak warga buat kongkow-kongkow di sore hari terutama ABG, maka jadilah si DK dan si Puteh jadi perhatian orang yang lewat. Bahkan sempat dijadikan backgraound fot0 sama anak-anak kecil, hihihihihihihihihihi….
Bro Octa tiba dan ternyata sudah lama berkawan dengan Argus dan langsung menjajal si Puteh. Hasilnya…keracunan moge. Langsung minta tolong Argus buat mencari moge buatnya, hehehehehehehe…baru tahu dia bagaimana semburan tenaga 1000cc, hihihihihihihih……
Meracuni yang mau keracunan moge
Ternyata fly over BIM masih jauh dari kota Padang, hampir 30 menit di lalu lintas padat baru tiba di hotel Mercure dan langsung check in serta istirahat. Ada insiden kecil di depan hotel waktu mau parkir tapi biarlah itu jadi “off the record”.
VIP parking
Total jarak tempuh Medan – Pekan Baru – Padang = 1009 km
Karena badan yang terlalu capek akhirnya timbul ide untuk pijat ke “Kakiku” Family Massage buat relaksasi. Ini bukan tempat pijet yang negatif lho, ini tempat pijet buat keluarga dan yang datang rata-rata adalah keluarga. Hasilnya badan kembali segar dan siap buat riding jauh lagi.
Pas mau balik ke hotel hujan turun dengan deras dan untungnya hadir brader Remon dan Sonny bawa mobil, jadinya hujan-hujan naruh si DK and si Puteh di hotel baru dilanjutkan nyari makan naik mobil. Lumayan gak kehujanan… Habis makan langsung istirahat karena hari sudah terlalu malam.
Day 3 – 6 September 2014 : Padang
Planning awal di pagi hari adalah mandiin si DK, tapi seperti biasa bangun yang kesiangan akhirnya re-planning lagi. Yang penting makan pagi dulu lah, itupun setelah pakai maksa dan ancam karena Argus yang masih ngorok. Sebenarnya ada rencana buat berenang di pagi hari di pool hotel tapi waktu yang semakin mepet akhirnya batal. Padahal pagi itu banyak pramugari Garuda yang lagi berenang…aaaauuuuu.
Yang pertama dilakukan setelah kedatangan bro Octa ke hotel adalah ke bengkel Kawasaki buat nyetel rantai si Puteh. Maklum selama perjalanan dari Pekan Baru rantainya bunyi seperti bunyi kereta api karena kendor baru kemudian dilanjutkan ke tempat juice durian, dan ternyata memang tempat ini sangat layak dikunjungi jika berkunjung ke Padang. Rasanya, yuummmiiiee…..
Potong rantai dulu neh… Honda diservis mekanik Kawasaki
Es Durian “Ganti Nan Lamo”, ondeh taraso lamaknyo (yang artinya emang jozz gandozz !!!)
Si DK dan si Puteh kinclong kembali.
Disini bro Remon bergabung kembali dan acara berikutnya adalah makan siang di cafe Bundo Kanduang sambil menunggu bro Sonny yang masih meeting. Baru setelah bro Sonny bergabung langsung bergerak menuju pantai Air Manis tapi sebelumnya berfoto dulu di monumen korban gempa Padang.
Monumen Korban Gempa Padang
Di pantai Air Manis duduk santai menyeruput es kelapa muda dan menikmati matahari terbenam. Sayangnya sepanjang pantainya kotor dengan sampah kalau nggak pantainya menarik buat dikunjungi. Di pantai ini terdapat juga batu Malin Kundang si anak durhaka yang berubah menjadi batu. Sayangnya lagi di situs ini telah berdiri banyak warung tenda sehingga tidak menarik dan terkesan kumuh buat salah satu ikon kota Padang.
Jejak Malin Kundang
Sunset at Air Manis Beach
Acara malam hari adalah makan malam di rumah makan pak Agus, spesialis seafood dan bro Octa membawa keluarga full team, good daddy bro !
Acara kemudian dilanjutkan di jalanan tepi pantai tempat anak motor Padang kongkow-kongkow dulu sebelum dilanjutkan ke Teen Cafe sekalian menunggu bro Octa mengantar keluarganya pulang dulu. Gak sengaja terlihat CBR Club Padang yang lagi kopdar juga, jadi mau tak mau harus singgah buat say hello buat mereka dan mendapat sambutan hangat dari mereka.
Ternyata ke acara ke Teen Cafe ini hanya buat ngantar Argus ketemu sama teman-teman lamanya aja, just said hello plus 2 pitcher Heineken trus pulang karena harus istirahat. Ya sudah..ready for ride back to Medan.
to be continued….